top of page

Cerita Di Balik Keunikan Brand

  • Anggia Kamilia
  • Nov 3, 2017
  • 3 min read

Localnesian,kalau bicara soal style siapa sih diantara kalian yang tidak mengenal brand-brand hype seperti Thrasher dan Stüssy. Tren budaya populer luar negeri ini sangat menarik perhatian kaum millennials.

Tapi siapa sangka, jika ternyata ada sosok-sosok kreatif lokal yang sengaja memparodikan deretan nama brand tersebut dengan menggabungkan hal-hal yang sering kita dengar tiap hari seperti Therashi (re: Terasi) dan Stüssy Susanti (re: Susi Susanti), yang membuat nama-nama dari brand tersebut terdengar tidak asing bagi semua kalangan. Ide dan konsep parodi tersebut adalah identitas yang ditawarkan oleh Kamengski, sebuah brand clothing parodesign (parodi dan desain) lokal yang sudah menekuni bisnis ini hampir 9 tahun dan melahirkan lebih dari puluhan ide parodi untuk produknya.

Berawal dari iseng karena tidak mampu membeli barang bermerek terkenal, Sulaiman Said atau yang terkenal di Instagram dengan nama Kamengski ini mulai menciptakan produk-produk ini yang justru mulai banyak digandrungi anak muda.

Karyanya cenderung nyeleneh. Seperti pada sebuah topi dengan tulisan “NIKE”, mirip nama sebuah brand olahraga yang tak asing kita kenal. Namun bila kita perhatikan lebih seksama,ternyata ada tulisan 'Ardilla' di bawah kata “NIKE”. Bila keduanya digabung, akan menjadi Nike Ardilla, nama penyanyi asal Bandung yang sempat populer di era awal 90an, namun di tengah ketenarannya, ia meninggal karena kecelakaan.

Kreasi unik Kamengski bukan hanya sedap dipandang, tapi punya nilai lebih karena mengundang tawa, lewat jargon yang dekat dengan keseharian anak muda. Sebut saja logo legendaris ‘Star Wars’ yang dia pelesetkan jadi ‘Setelan Warteg’ atau ‘Slam Dunk’ yang mendadak nyempil di nama penyanyi keroncong kenamaan Hetty Koes Endang, menjadi ‘Hetty Koeslamdunk’.

"Awalnya saya gunakan label-label terkenal karena saya tidak mampu membeli barang-barang mereka, dan saya pikir saya dapat membuat hal yang sama," kata Sulaiman.

"Tadinya cuma becandaan saat nongkrong, tapi kalau sekedar jadi becandaan kan berlalu begitu saja. Ini dibuat secara visual dan dapat bertahan lebih lama," ujarnya.

Namun Sulaiman tak ingin menggunakan label nama yang sama persis. Sebagai seorang lulusan Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta, Kamengski paham betul kerugian dari pembajakan. Maka, ia memutar otak menggabungkan beberapa label atau ikon terkenal menjadi sebuah ikon yang baru.

Ternyata,ide Sulaimana selama ini terinspirasi dari kesenian parodi yang biasanya menyindir ataupun menertawakan sebuah kondisi. Salah satu yang membuat Sulaiman terinspirasi adalah grup parodi asal Bandung, P-Project. Grup yang terkenal pada dekade 90an tersebut banyak menggunakan lagu terkenal untuk kemudian diparodikan.

Hasil parodi ala Sulaiman rupanya memiliki keberuntungan yang sama dengan karya P-Project, banyak orang menyukainya.

Bermula dari iseng mengunggah ke media sosial, hingga akhirnya banjir permintaan. "Saya berpikir, kalau saya buat sendiri dapat lebih murah. Jadinya barang yang bagusnya sama tapi dengan harga yang lebih murah. Label besar itu kebanyakan juga buatnya di negara dunia ketiga seperti Indonesia," kata Sulaiman.

Bermodal koneksi teman yang memiliki usaha konveksi dan Rp200 ribu, Sulaiman pun mulai membuat beraneka macam produk dengan desain yang sudah ia buat mulai dari kaos, topi, hingga tas. Pesanan pun terus mengalir.

Meski mengaku tak pernah memikirkan hitungan omset per bulannya, Sulaiman setidaknya memiliki margin keuntungan hingga 100 persen dari setiap produk yang ia ciptakan.

Berkat Media Sosial

Kesuksesan Sulaiman tak dapat dipisahkan dari Media Sosial.Ia tak memiliki kiat khusus hingga barangnya terkenal seantero Indonesia. Tapi nyatanya, barang produksi Kamengski sudah sampai ke Papua, walaupun ongkos kirimnya tak murah. Sulaiman tak menggunakan promosi jenis apapun untuk produknya, semua karena media sosial.Namun,karena bisnisnya menuai semakin banyak permintaan. Maka, ia akan menjalaninya sembari terus berkarya menggambarkan imajinasi demi imajinasi parodi yang ada di otaknya. "Sekarang sudah terlanjur nyemplung, kalau mulai lagi, susah, ya jalani saja," kata Sulaiman.

Sumber Referensi : • CNN Indonesia

http://www.smartbisnis.co.id/content/read/belajar-bisnis/inspirasi-bisnis/kamengski-sukses-ciptakan-brand-nyeleneh

Comentários


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2023 by The Voice Project. Proudly created with Wix.com

  • Facebook App Icon
  • Twitter App Icon
  • YouTube App Icon
bottom of page