Cerita Dua Founder Cantik “Market & Museum”
- Anggia Kamilia
- Nov 25, 2017
- 3 min read
Photo source : http://www.gogirl.id/news/life/market-museum-and-it-persons-292356.html
Buat kalian yang suka jalan-jalan ke Urban Market pada saat akhir pekan kalian pasti tau event bazaar Market Museum yang selalu nge-boom dengan tema-tema unik di setiap kesempatannya.Mulai dari retro, In-Flight, Circus, summer pop festival, colorful playground, surprise kitchen, sampe Artsy Whimpsy yang digelar bulan Maret kemarin.
Event bazaar yang satu ini,selalu berhasil menarik perhatian para pengunjung untuk datang dan meramaikan acara yang beberapa kali sempat diselenggarakan di Grand Indonesia dan Lippo Mall Kemang Jakarta. Apabila melihat perembangannya,Event ini selalu menghadirkan retail dan tenant mulai dari kuliner sampe apparel yang unik dan beda, Seperti apa sih usaha para Creator Market Museum sampe bisa bikin acara sesukses ini dari tahun ke tahun? Yuk kiat simak cerita mereka.
Namira Syarfuan dan Sara S Tirtohadiguno awalnya berkenalan ketika mereka duduk di bangku SMA. Dua sahabat yang sama-sama berusia 28 tahun ini memulai bisnis mereka pada Desember 2012 lalu sebagai penyelenggara bazaar kecil-kecilan, hingga peminatnya semakin banyak dan akhirnya bisa mencari sumber pendanaan besar.
"Tujuan awal kami adalah mendukung para desainer lokal di Indonesia untuk mempromosikan produknya. Desainer kita banyak, kualitas barang mereka bagus. Sayangnya platform pendukung, seperti bazaar, masih sedikit," kata Namira di Denpasar, beberapa waktu lalu.Dua wanita cantik ini sempat bekerja kantoran setelah lulus kuliah, tetapi mereka memutuskan berhenti dan fokus menggarap bisnis bersama. Namira sebelumnya kuliah di Jurusan Komunikasi Pemasaran Universitas Pelita Harapan dan sempat berbisnis pakaian. Sedangkan, Sara merupakan lulusan Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura, yang kemudian berbisnis home décor.
Keduanya pernah memasarkan produk dengan cara mengikuti bazaar, tetapi konsep bazar yang diusung penyelenggara bagi mereka tidak menarik. Namira dan Sara berkesimpulan, minimnya tema menjadi kelemahan kebanyakan bazaar di Indonesia saat itu. Calon pembeli cuma datang melihat barang,dan membelinya jika tertarik, tapi tak ada benang merah yang menyatukan semua.
"Kami ingin pengunjung mendapat pengalaman saat datang ke bazar, bukan sekadar belanja. Mereka bisa mendapatkan sesuatu dari tema yang kami buat," ujar Sara.
Pengalaman pribadi itulah yang membuat Namira dan Sara mendirikan Market & Museum dan menjadikan bazar tematik sebagai ladang bisnis mereka. Vendor Market & Museum akhirnya didominasi pebisnis muda, mereka yang baru selesai kuliah atau lulus kemudian terjun ke bisnis kreatif, hingga keluarga muda yang baru belajar memasarkan produknya.
Market & Museum menyelenggarakan minimal tiga gelaran dan maksimal lima gelaran per tahun. Sampai saat ini, Namira dan Sara sudah menyelenggarakan 20 bazaar, khususnya di Jakarta dan Bali. Di Jakarta, lokasinya berada di empat mal di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Di Bali, lokasinya di Beachwalk Mall.
Omzet fantastis
Omzet Market & Museum per bazarnya cukup fantastis, mulai dari ratusan juta hingga Rp 1 miliar. Namira dan Sara merupakan penggagas konsep bazar tematik di Indonesia.
Pengikutnya saat ini sudah banyak, tapi hal yang membedakan Market & Museum dari EO lainnya adalah kualitas, konsistensi, promosi, dan cara memperlakukan pengunjung.
"Kami cukup ketat menyeleksi vendor yang bisa masuk ke Market & Museum," kata Sara.Konsep Market & Museum selalu berbeda setiap kegiatannya dan menjadi euforia baru bagi para wiraswasta muda untuk menjual hasil karya mereka ke publik. Tema yang diusung selalu anyar, disesuaikan dengan tren kekinian, atau menciptakan tren baru, misalnya Curator's Club, Play Market, atau gelaran terbaru pada 4-6 November 2016 bertemakan 'Flower Pow Wow' di Lippo Mall, Kemang.
Konsepnya fun alias menyenangkan, misalnya, pengunjung yang datang bisa berbelanja sekaligus berfoto sehingga merasakan sensasi berbeda. Promosi dilakukan lewat sosial media, media partner, iklan, hingga ekshibisi bersama artis.
Sara mengatakan, Market & Museum sama sekali tak mengistimewakan merek (brand) tertentu di setiap bazarnya, tapi fokus pada tema, misalnya activity class, exhibition, atau bazar untuk berjualan.
Kisaran harga yang ditawarkan ke vendor variatif hingga Rp 7,5 juta. Ratusan surat elektronik (e-mail) penawaran mereka terima setiap hari, tapi hanya beberapa yang bisa diikutsertakan. Pembagian peran yang apik menjadi kunci kekompakan dua dara ini.
Namira lebih fokus ke pemasaran (marketing), sementara Sara ke desain. Perbedaan pendapat bagi mereka wajar demi kemajuan usaha bersama. Kepuasan bagi mereka adalah saat melihat vendor menjadi lebih percaya diri dan berani melebarkan usahanya usai mengikuti bazar bersama Market & Museum.
"Passion bagi kami adalah sesuatu yang bisa diasah, bisa dijadikan hal positif, dan berguna bagi orang lain," kata Sara.
Sumber Referensi :
http://www.republika.co.id/berita/koran/kreatipreneur/16/10/28/ofqzk25-namira-dan-sara-cofounder-market-amp-museum-gagas-bazar-tematik-untuk-pebisnis-kreatif
http://www.gogirl.id/news/life/market-museum-and-it-persons-292356.html
Comments