top of page

Wadah Industri Kreatif “Jakarta Creative Hub”

  • Anggia Kamilia
  • Nov 25, 2017
  • 3 min read

Localnesian,apakah kalian sudah tau apa sih Jakarta Creative Hub itu? JCH adalah wadah khusus bagi masyarakat Jakarta untuk belajar dan mengembangkan bakat di bidang industri kreatif. Ada 3 ruang kelas berkapasitas 80 orang (Classroom A) dan 50 orang (Classroom B dan C), yang bisa dipakai untuk mengikuti pelatihan atau lokakarya gratis di sini. Cara ikutan pelatihan atau lokakarya cukup dengan mendaftar sebagai anggota JCH (harus punya KTP DKI). Hasil karyamu mungkin saja dipajang di lobi utama. Bahkan, jika karyamu bagus, kamu bisa menjualnya di sini.

[endif]--Pusat kreativitas ini memang tidak begitu besar tapi tata ruangnya sangat efisien dengan desain minimalis yang modern. Ketika masuk, di sebelah kiri lobi terdapat ruang-ruang besar yang digunakan sebagai Maker Space. Maker Space sendiri terbagi tiga area; textile & leather area, woodworking area, dan digital area. Karena berisi mesin-mesin mahal dan berbahaya, untuk bisa masuk ke area ini pengunjung harus menjadi rekanan JCH lebih dulu. Caranya bisa dengan melampirkan fotokopi KTP, biodata dan portofolio ke email admin@jakartacreativehub.com. Kalau sudah, kamu akan diajari menggunakan alat-alat produksi yang tersedia di Maker Space seperti mesin 3D printing, mesin jahit, mesin bubut, serta beberapa komputer.

Pendirian JCH dan penyediaan fasilitas tersebut bertujuan untuk para anak muda yang memiliki ide kreatif tetapi tidak punya alat pendukung yang mumpuni. Jadi, sekarang anak muda Jakarta yang punya ide kreatif bisa mengandalkan JCH untuk membuat prototipe karyanya. JCH pun berencana akan membantu pemuda kreatif Jakarta untuk memasarkan karya-karyanya, lho.

Wadah bagi Komunitas yang Produktif

JCH merupakan wadah, sehingga aktivitas atau kegiatan datang dari masyarakat khususnya komunitas. Konsultan JCH, Leonard Theosabrata mengatakan bagi komunitas atau perorangan yang ingin beraktivitas di JCH harus menjadi rekan kerja terlebih dahulu. Rekan kerja ini bisa dua macam, rekan kerja institusi (RKI) dan rekan kerja perorangan (RKP). "Komunitas bukan komunitas abal-abal, tapi komunitas yang sudah beraktivitas paling tidak satu tahun, punya rekam jejak bagus, dan penanggungjawabnya ber-KTP DKI Jakarta," jelas pria yang akrab disapa Leo ini.

Rekan kerja ini tidak hanya tertutup bagi mereka yang punya usaha di bidang ekonomi kreatif. Komunitas yang bergerak di bidang lain dapat turut menjadi rekan kerja asal komunitas itu produktif dan bisa turut memberdayakan masyarakat.

Leo mengatakan hingga kini ada banyak proposal dari komunitas-komunitas yang masuk. Proposal ini akan melalui proses seleksi ketat termasuk soal program mereka setahun ke depan. Komunitas yang sudah menjadi rekan kerja hanya punya waktu selama satu tahun.

Komunitas yang beraktifitas di sini nantinya akan berkontribusi baik untuk JCH maupun Pemda DKI Jakarta. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menggunakan co-office JCH. Mereka yang menikmati fasilitas kantor dengan biaya sewa bersubsidi juga wajib punya kontribusi.

"Misal ada seorang grafis desainer berkantor di sini, ia berkontribusi dengan mengadakan pelatihan di JCH. Jadi dia sudah dapat subsidi dan timbal baliknya dengan dia mengajar di JCH," tutur Leo.

Bagi mereka yang ingin menyewa co-office pun juga melalui persyaratan di antaranya, usaha berjalan maksimal tiga tahun, bukan perusahaan cabang dan bergerak di bidang industri kreatif. Maksimal sewa pun hanya satu tahun. Diharapkan selama satu tahun, pengusaha sudah mempu membangun jaringan dan pasar.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengembangan dan Fasilitasi UKM, Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta Adhitya Pratama mengatakan JCH akan memberikan fasilitas bagi pelaku ekonomi kreatif demi membangun ekonomi kemasyarakatan. Dari pihak pemerintah siap mendukung lewat bantuan akses permodalan juga pemasaran produk. Ia menambahkan, kontribusi rekan kerja tidak hanya dilakukan di JCH saja, tapi juga bisa di tempat lain. Rekan kerja juga bisa membantu Pemda untuk mengadakan pelatihan di rusun, RPTRA maupun tempat lain.

"Harapannya dengan kontribusi rekan kerja, peningkatan ekonomi tidak hanya terjadi di sini, tapi bisa di tempat lain ketika rekan kerja mengadakan pelatihan di rusun atau RPTRA," kata Adhitya.

"Dari pemprov ke depannya akan ada di tiap kecamatan, tapi lebih kecil namanya Tempat Kumpul Kreatif," pungkasnya.

Sumber Referensi :

![endif]--

 
 
 

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2023 by The Voice Project. Proudly created with Wix.com

  • Facebook App Icon
  • Twitter App Icon
  • YouTube App Icon
bottom of page